Sunday, March 31, 2013

Astérix et Obélix : Au Service de Sa Majesté



Siapa sih yang tidak mengenal Asterix & Obelix? Salah satu kartun yang paling terkenal asal Perancis ini juga secara rutin diangkat ke layar lebar agar dapat memuaskan para penikmat film. Pada tanggal 17 Oktober 2012 secara resmi diputar film « Astérix et Obélix : Au service de Sa Majesté » atau untuk edisi internasionalnya berjudul “Asterix & Obelix in Britain”. Film Astérix et Obélix : Au service de Sa Majesté merupakan sebuah film Perancis bergenre komedi yang ditulis dan disutradarai oleh Laurent Tirard. Untuk film terbaru ini, Obélix masih diperankan oleh aktor Perancis yang handal Gérard Depardieu, sedangkan Astérix sekarang diperankan oleh Édouard Baer


Sebagai film komedi, Astérix et Obélix : Au service de Sa Majesté yang berlokasi syuting di Irlandia, Hungaria, Quebec dan Malta, cukup banyak menyuguhkan aksi-aksi yang mengundang tawa penonton, ditambah efek visual yang mulus semakin menambah daya tarik film ini. Bagi penonton yang mengerti bahasa Perancis, dialog orang-orang Inggris dalam cerita film ini yang berbicara bahasa Perancis beraksen Inggris akan cukup sulit dicerna tapi juga malah terasa lucu.
Do You Speak Gaulois?

L'Accordeur, A Beautiful Thriller



Setelah melalui sebuah kegagalan dalam kompetisi musik internasional, Adrien, seorang pianis muda bekerja menjadi seorang tuner piano yang (pura-puranya) buta karena masih diselimuti kekecewaan yang mendalam akibat kekalahannya itu. Orang percaya bahwa indra, terutama pendengaran, seorang tuna netra lebih tajam dari orang biasa. Dan sebagai seorang tuna netra, Adrien merasa dia diperlakukan dengan lebih baik oleh orang lain. Menjadi tuner piano adalah cara lain Adrien untuk tetap bermain piano sampai akhirnya dia akan bermain piano untuk menyelamatkan hidupnya.

L’Accordeur atau dalam bahasa Inggris The Piano Tuner adalah sebuah film pendek karya Olivier Treiner dan keluar pada tahun 2010. Film pendek ini berhasil mendapatkan 55 penghargaan dari 100 festival film. Pada bulan Februari 2012, L’Accordeur memperoleh penghargaan Film Pendek Terbaik César di ajang penghargaan César yang ke 37. César adalah sebuah ajang penghargaan bergengsi bagi perfilman dan pertelevisian Perancis. 

Saturday, March 30, 2013

AMOUR, A Great LOVE Story


    Title : Amour
    Directed by : Michael Haneke
    Scenario : Michael Haneke
    Production : Margaret Ménégoz (Les Films du Losange),  Stefan Arndt (X Filme), 

 Veit  Heiduschka,  Michael Katz (Wega Film)
    Distribution :  France : Les Films du Losange
    Budget : 8 100 000 euros
    Countries : Austria and France
    Genre : Drama
    Release Date : France, October 24, 2012

   
Saya sebagai salah seorang penggemar film romantis dan film Perancis, begitu mendengar ada film yang berjudul AMOUR, saya langsung tertarik untuk menontonnya. Film ini mendapatkan piala OSCAR untuk kategori Film Asing Terbaik pada tanggal 24 Februari 2013. Saya menonton film ini beberapa pekan sebelum OSCAR berlangsung dan saya sendiri mengakui kalau film ini sangat layak mendapatkan OSCAR. 


AMOUR sebuah kata dalam bahasa Perancis yang berarti cinta, merefleksikan keseluruhan cerita dari film ini sendiri. AMOUR adalah sebuah film franko-austria yang disutradarai oleh Michael Haneke dan dirilis pertama kali pada 24 Oktober 2012 di Perancis. Terdapat dua pemeran utama dalam cerita film yang juga didanai sebagian oleh Uni Eropa ini, peran utama pria yang bernama Georges (diperankan oleh Jean-Louis Trintignant) dan peran utama wanita bernama Anne (diperankan oleh Emmanuelle Riva). 

NOUS YORK, Story of French Guys in New York

Michael, Nabil dan Sylvain, tiga sekawan yang berusia tiga puluhan tahun berasal dari Nanterre, Perancis, mendarat di New York untuk membuat kejutan ulang tahun Samia, teman masa kecil mereka. Gabriellesahabat sejati mereka, dialah yang telah mengatur kejutan itu. Gabrielle dan Samia meninggalkan kota mereka selama dua tahun untuk mencoba keberuntungan mereka di Amerika Serikat. Samia bekerja sebagai asisten pribadi untuk seorang aktris terkenal dan dia tinggal di apartemen yang bagus milik aktris itu. Sedangkan Gabrielle bekerja di rumah jompo di mana dia sangat dekat dengan salah seorang penghuni rumah jompo itu, Nyonya Hazan, wanita paruh baya Perancis yang ditempatkan di sana oleh anak-anaknya.
 
Berada di New York, persahabatan mereka adalah hal yang sangat penting dalam menghadapi beberapa persoalan yang mereka temui selama di Big Apple. Michael, Nabil dan Sylvain beberapa kali berpindah tempat menginap. Mereka pun sempat kehabisan uang. Tapi meskipun begitu mereka sangat menikmati jalan-jalan di kota New York. Permasalahan hidup masing-masing dari kelima peran utama yang telah mereka tinggalkan di Perancis mau tak mau kali ini harus mereka hadapi di New York.


Mais qui a re-tué Pamela Rose?


Bagi orang yang mengerti bahasa Perancis, judul film Perancis yang satu ini sangat menarik dan bikin penasaran. Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, artinya “Siapa yang membunuh lagi Pamela Rose?”. Orang kalau udah dibunuh dan meninggal, apa bisa dibunuh lagi ? Tapi ternyata ini adalah film komedi policier yang ditulis, disutradarai dan sekaligus dibintangi oleh Kad Merad dan Olivier Baroux. Pertama kali diputar tanggal 5 Desember 2012, film ini merupakan kelanjutan dari film « Mais qui a tue Pamela Rose ? » yang keluar tahun 2003 dan disutradarai oleh Eric Lartigau. 

Film ini diawali dengan agen FBI Douglas Riper (Olivier Baroux) yang menerima panggilan dari Sheriff Bornsville bahwa peti Pamela Rose dicuri, dia melihat adanya kesempatan untuk berhubungan kembali dengan mantan rekan setimnya Richard Bullit (Kad Merad). Seorang teman baik di FBI yang bertengkar selama bertahun-tahun dengannya karena masalah perempuan. Omar Sy yang main di film Intouchables juga main di film ini, berperan sebagai Mosby, pengawal Presiden Amerika Serikat.

INTOUCHABLES, Touching and Funny!


Ketika Festival Sinema Perancis akan digelar di Bandung, saya mencari synopsis beberapa film Perancis yang akan diputar agar saya bisa menentukan ingin menonton film yang mana karena sepertinya saya hanya akan punya waktu untuk menonton satu film saja. Begitu membaca synopsis dan melihat trailer film Intouchables, saya langsung tertarik dan keputusan saya bulat bahwa saya akan menonton film ini. Sepertinya film yang lain yakni Comme Un Chef juga seru, tapi saya tetap lebih memilih Intouchables. Lalu saya menonton film ini di Trans Studio Mall XXI (Bandung Super Mall), tempat diselenggarakannya Festival Sinema Perancis 2013. Saya menonton dengan beberapa sahabat saya dan beberapa murid yang saya ajar bahasa Perancis di Museum. Bahkan di sana saya juga bertemu beberapa dosen kampus.

Sebelum pemutaran film Intouchables, pihak Institut Français d’Indonésie (IFI) memutar film pendek Indonesia hasil kompetisi yang diselenggarakan IFI. Film pendeknya menurut saya cukup vulgar dan sadis, lalu kami semua dikagetkan oleh sepasang suami istri yang juga kaget dengan film pendek itu dan mereka berdiri sambil protes “Apa-apaan ini? Masa di bioskop diputer film begituan? Gimana kalau ada anak kecil?! Ga pantes banget! Ini pihak Perancis yang muternya? Siapa penanggung jawabnya? Saya mau protes!” Suara mereka cukup keras dan mereka lalu pergi meninggalkan teater, entah apa yang terjadi selanjutnya. Kami cuma bisa saling liat dan memang kami akui film pendeknya cukup provokatif. 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...